Semasa masa-masa akhir kuliah, saya sudah berpikir untuk buka usaha sendiri. Banyak hal yang ingin saya lakukan. Akhirnya, atas bantuan dari ortu, saya membuka usaha air minum galon. Tempatnya di salah satu rumah ortu yang tidak ditinggali.
Setelah direnovasi, lalu sedikit interior design, maka siaplah untuk memulai bisnis. Awal-awalnya memang sedikit sulit, tetapi lama-kelamaan usaha saya semakin berkembang. Posisi saya sebagai kasir dan penerima telepon, sedangkan pegawaiku bertugas mengirimkan galon ke pelanggan.
Kalau pas ada kuliah, kupercayakan pada seorang pegawaiku yang sudah ikut saya sejak awal. Toh selama ini tidak ada masalah. Di tempat saya, sering banget para pegawai pengirim galon itu keluar masuk. Berganti-ganti orang. Untung ada si Faizal, pegawai yang saya percaya dan sudah ikut saya dari awal.
Umurnya masih muda, jebolan STM. Dia udah jadi kayak mandor dan wakil saya gitu, ngatur jadwal pengiriman dan menyimpan uang. Karena sama-sama masih muda, pembicaraan kami ini klop. Kami sering membagi cerita kalau pas tidak ada kiriman. Semacam curhat-curhatan gitu.
Dia ada masalah apa, cerita ama saya, begitu juga sebaliknya. Sering juga kita bercanda cubit-cubitan sampe kadang diliatin para pembantu yang datang bawa galon naik mobil majikannya. Entah, memangnya ada yang aneh ya? Lama-lama saya mulai suka ama si Faizal ini.
Mungkin benar kata pepatah Jawa: tresno jalaran soko kulino. Saya merasa seneng kalo dia ada di kantor, kalo pas ngirim galon sambil kasih perintah ke pegawai lain wow kok keliatannya gagah banget (padahal kan ya biasa aja). Saya jadi suka berdandan kalo ke kantor, biasalah. Make-up tipis plus kaus-kaus yg menarik perhatian cowok. hehehe…
Siang itu, kebetulan semua kiriman sudah jalan. Hanya Faizal yang melakukan semuanya karena pegawaiku yang lain izin pulang kampung. Kita lalu ngobrol-ngobrol menghabiskan waktu. Karena udah akrab banget, obrolan kita lalu nyerempet-nyerempet ke topik-topik “lampu merah”.
Awalnya aku agak segan sih, tapi mungkin karena sudah kenal banget plus dia enak kalau mancingnya alias ndak vulgar, saya jadinya nggak keberatan menanggapinya. Saya tulis percakapan yang saya ingat aja ya. Faizal tanya apa saya pernah diganggu orang iseng kalo dikampus. Saya heran memangnya ada apa?
Dia jawab, “lha nonik bajunya seksi-seksi geto” sambil tertawa kecil.
“Yeee, cuman kaus gini aja kok.”
“Lho iya. tapi tipis and ketat, mbak. kan bikin cenut-cenut, hehehe..” kita berdua tertawa kecil.
“Emang loe suka ya?”, tanya saya iseng.
Faizal tidak jawab tapi jempol kanannya naik tinggi banget.
“plus nonik cuakep kayak artis hong kong.”.
“alaaa gombal elo!” sahutku ketus.
“Lha dibilang ndak percaya. Nonik pasti udah ada pacar ya?”
Saya diem sebentar, “dah putus mas.”.
“Weleh…punya cewe kayak Nonik diputus. kenapa?”.
Saya bilang ya ngga tahu, ndak cocok mungkin. Dia lalu diam sajam matanya agak tertuju ke bawah, terus tiba-tiba senyum-senyum sendiri.
“He…lu udha gila ya? senyum-senyum sendiri?” ujar saya agak ketus.
Dia tertawa kecil terus bilang kalo ngga ada apa-apa kok.
Saya jadi penasaran lalu maksa dia untuk bicara,
“Ada apa kok senyum-senyum kayak orang gila begitu?”
Dia tetap tidak mau ngomong, maka aku terus paksa dia sambil tak cubit-cubit supaya mau ngaku.
Akhirnya sambil minta ampun dia ngomong,
“Aduh tapi Nonik musti janji ngga boleh marah lho.”.
Aku bilang, “iya wes ayo cepetan bicara”
Sambil senyum-senyum simpul begitu, Faizal bilang kalo dia tadi secara tidak sengaja melihat warna celana dalam saya. Waduh rasanya saya langsung merah karena malu.
Tapi saya tahan, emang apa warnanya?
Faizal tertawa kecil, “item mbak, persis kayak beha situ!”.
“He loe kok tahu warna beha saya item?”.
Faizal menjawab, “lho mbaknya kan pake kaus ketat putih tipis gitu. kan keliatan mbak.”
Mukaku tambah memerah rasanya. Aku ingin marah lalu saya omelin si pegawaiku yg cabul ini, tapi entah kenapa tidak bisa keluar. Malah, yang aneh tuh, ada semacam rasa aneh yang mendesir tubuhku.
Hm…Faizal nyerocos lagi,
“tapi sebenarnya cocok mbak. situ cakep putih mulus, kalo pake kaus dan beha item ini keliatan sexy banget.”
Kali ini wajahnya tampak serius, bukan mesum kaya sebelumnya.
“udah ah.”, tukasku mengalihkan perhatian.
Jangan sampai kebablasan nih, pikir saya. Tak lama kemudian datang pembeli lagi, kami lalu keluar dari rumah. Sehabis melayani, kembali Faizal cengar-cengir tersenyum. Saya jadi bingung,
“eh lu beneran udah gila ya? Senyum-senyum sendiri.”.
“Hahaha…abis tadi pas saya membungkuk ambil uang kembalian yang jatuh itu, saya ngga sengaja liat lagi mbak!”, sahutnya enteng sambil cengar-cengir.
“Bukan salah saya lho, lah mbaknya pake rok mini gitu.”
Wew…ingin banget saya marahi habis-habisan, tapi ya…gimana, saya juga seh yang kurang hati-hati dengan asetku…huh. Tiba-tiba si pegawai saya yang mesum itu duduk di sebelah saya sambil menunjukkan sesuatu.
“Ini lho mbak, liatin!”.
Aku lalu menoleh. yailah….ternyata video porno yang diputar di HP dia. Faizal langsung kucubit dan kudorong supaya menjauh.
“Lho apik ini mbak.”, ujarnya ringan sambil terus duduk di sebelahku, akhirnya saya tertarik juga nih dan saya tonton juga.
Sudah beberapa video Faizal tunjukkan ke saya dan kita lalu tertawa cekikikan sendiri melihat adegan itu. Iseng, Faizal lalu bertanya apa pernah saya melakukan hal itu. Saya membelalakan mata terus saya tampar ringan pipinya. Eh tiba-tiba dia lalu memegang tanganku dan langsung menciumi bibirku.
Aku tentu kaget setengah mati. Dengan sekuat tenaga saya dorong dia sampai terjengkang jatuh ke lantai. Saya lalu berdiri sambil marah-marah. Dia nampak shock, lalu duduk di sebelah saya sambil meminta maaf karena khilaf. Huh…seandainya saya tidak ada rasa suka ama dia, udah saya gampar dan saya panggil pak rt.
Dia lalu cerita panjang lebar. Agak-agak sara sih, jadi tidak saya tulis di sini, intinya dia ingin pacaran ama gadis seperti aku. Saya diam aja, sambil menerawang. Ingin banget saya bilang kalo saya juga suka ama dia, tapi apa mungkin ya? Tak lama kemudian, Faizal lalu memegang tanganku.
Saya diam aja, tak yakin bisa ingat apa yang terjadi, tapi lalu kita sudah berciuman bibir. Dia lumat bibir saya dengan penuh gairah. Saya pasrah aja. Abis itu dia menggandengku dan saya ditidurkan di atas sofa ruang tamu. Faizal menindihku dan kita kembali berciuman bibir sambil berpelukan.
Setelah puas, dia lalu mencumbui payudaraku sambil diremasnya dengan agak kuat. Saya benar-benar sudah lupa statusku sebagai bos sedangkan dia adalah pegawai. Aku menikmati percumbuan ini karena sejujurnya saya udah lama menyukai dia. Saya biarkan dia menikmati payudaraku.
Setelah itu dia lalu turun dan memasukkan kepalanya ke dalam rok miniku. Paha saya dijilatin sambil tak lupa memainkan lidahnya di belahan vaginaku yang masih tertutup CD. Aku mengerang ooohh…geli tapi nikmat. Setelah puas memainkan vagina saya sampai becek, dia lalu melepas kaus ketat putih yang aku pakai, sekalian bra hitamnya.
“Wah merah muda. Nonik ini benar-benar cantik….34B ya non?” tanyanya ringan.
Saya mengangguk pelan. Lalu dengan rakusnya dia menghisap puting payudaraku secara bergantian, kiri dan kanan.
“oooohh…enggg…” aku mengerang keenakan.
Sambil asyikk menikmati rangsangan di payudara dan putingku, aku merasakan rok miniku dipeloroti pelan-pelan, begitu juga dengan celana dalamku. Jantungku berdegub dengan sangat kencang, terangsang dan tegang banget. Saat itu aku sudah bugil di hadapan dia. Lalu, dengan ganas pula dia menjilati vaginaku sambil memainkan klitorisku.
“Auuuhhh!!” sungguh nikmat.
Kujepit kepalanya dengan paha supaya lebih mantap jilatannya.
“Aduh…sexy abis deh Non ini, memeknya wangi dan basah!” ujar Faizal penuh gairah.
Beberapa menit sudah berlalu. Setelah merasa cukup, dia lalu melepaskan seluruh pakaian yang dia pakai dan keluarlah senjata andalan para cowok! Gila, ukurannya besar dan hitam. Aku semakin terangsang, diselimuti birahi dan rasa tegang.
“Non, hisapin donk!” pintanya.
Aku lalu jongkok di depan dia dan mulai menjilati penisnya yang besar itu. Aouh…bau nih…hampir mau muntah rasanya, tapi entah mengapa aku tetap melakukannya. Aku masukkan pelan-pelan dan ku’telan’ seluruh penis itu hingga tenggorokan saya terasa penuh, lalu aku hisap dan meng-kocoknya dengan menggoyangkan kepala saya.
Faizal mengerang keenakan sambil menjambak rambutku. Agak lama saya beri servis oral ke pegawaiku ini. Nampaknya dia hendak keluar, lalu meminta saya untuk menghentikan oral yg nikmat itu. Dia lalu menidurkan saya lagi ke sofa dan kami kembali berciuman bibir sambil berpelukan. Dia menggesek-gesekkan penisnya persis di atas belahan vaginaku.
“Oufh…enak gila!”
“Non, sampeyan masih perawan?”, tanya Faizal sambil terengah-engah.
Aku agak kaget dengan pertanyaan itu, lalu dengan pelan aku menggelang. Tidak, aku sudah pernah berhubungan sex dengan mantan pacarku itu. Faizal nampak kecewa, mungkin dipikirnya bakal dapet amoy perawan. Hehehe…
“Ya ndak papa lah.”, sahutnya pelan.
Perlahan dia lalu memasukkan penisnya yang besar itu kedalam vaginaku.
“Aouch!” Tubuhku tersentak, agak sakit dan perih.
Faizal tetap berusaha memasukkan penisnya dan dengan sedikit paksaan, akhirnya blz….aah…..kami sudah bersetubuh sekarang!
“Oh…inikah rasanya vagina amoy…basah banget, hanget…enaknya mbak. ouch!”.
Dia lalu mulai mengkocok penisnya pada belahan vaginaku. Rasa perih yang kurasakan tadi lama-lama mulai menghilang dan digantikan oleh rasa geli yang nikmat. Kami terus bersetubuh sambil berciuman bibir dan berpelukan. Oh nikmatnya…Setelah beberapa menit vaginaku digoyang ama dia, rasanya orgasme sudah mulai dekat.
Saya peluk Faizal lebih erat dan kami pun berciuman bibir semakin ganas. Tanganku memegang pantatnya dan menekannya ke bawah supaya penisnya lebih masuk, penetrasinya pun lebih dalam.
Tak lama kemudian, aku merasa vaginaku berdenyut dan merinding. Akhirnya.
“Ahaaaaaaahhhh!!” sambil menjerit aku melepaskan rasa nikmat orgasme yang luar biasa ini.
Tanganku tetap menekan pantat Faizal agar semakin masuk ke dalam penisnya. Vaginaku meremas penisnya dengan kuat, berdenyut-denyut sesuai irama orgasme yang kualami. Faizal menciumi leherku dan ternyata dia juga udah ngga bisa tahan dan kurasakan penisnya berkelojotan didalam vaginaku.
Oioooooooohh…terasa aliran “lahar” masuk ke dalam rahim saya. Kami berdua mengalami orgasme berbarengan sambil berpelukan di atas sofa, membiarkan gejolak orgasme itu mereda perlahan-lahan. Aku duduk di atas pangkuan Faizal, di sofa yang sama tempat kami bercinta dengan nikmat beberapa menit yang lalu.
Tidak ada yang bicara, cuman tatapan kosong ke depan. Sesekali ia membelai-belai punggung saya. Kubiarkan tangannya meremasi payudaraku yang tertutup bra hitam di balik kaus ketat putih. Sejak saat itu, hubungan kami berubah dari bos dan karyawan menjadi pasangan seks.
Setiap ada kesempatan, aku selalu diajak Faizal bersetubuh di kantor, Dapur, sofa, bahkan kamar tidur ayahku pun tidak luput dari lokasi ngeseks. Lama-kelamaan, pegawaiku yang lain nampaknya mulai curiga dengan hubungan kami yang mungkin bagi dia terlalu akrab dan ini membawa saya pada hal-hal yang tak terduga!